Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp5.848,9 Triliun. Ini Faktanya

Posted: 15 Jan 2021from: EditorLast updated : 25 Mei 2021

Bank Indonesia (BI) melakukan update posisi utang luar negeri (ULN) tanah air yang berakhir pada November tahun lalu, angkanya tercatat mencapai USD416,6 miliar atau sekitar Rp5.848,98 triliun. Jumlah tersebut terdiri atas utang luar negeri sektor publik yang dimiliki oleh Pemerintah serta Bank Sentral dan utang luar negeri sektor swasta, termasuk didalamnya perusahaan pelat merah.


Jumlah utang tersebut meningkat 3,9% dibanding periode yang sama tahun lalu 3,3%. Melansir data BI utang luar negeri yang dimiliki pemerintah mencapai USD206,5 miliarRp2.899,21 triliun atau sekitar 49,56%.


Sedangkan utang luar negeri sektor swasta mencapai USD210,1 miliar Rp2.949,76 triliun. Dari jumlah tersebut, jumlah utang luar negeri sektor swasta mencapai 50,43% sedangkan sisanya di kempit oleh utang luar negeri milik pemerintah.


Peningkatan nilai utang dipicu oleh peningkatan penarikan neto ULN Pemerintah. Selain itu, penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi pada peningkatan nilai ULN berdenominasi Rupiah.


(Baca juga: Apa Itu Utang Konsumtif dan Bagaimana Merubahnya)


1. Utang luar negeri pemerintah tumbuh 2,5%


ULN Pemerintah tumbuh meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Posisi ULN Pemerintah pada akhir November 2020 tumbuh 2,5% secara year-on-year menjadi sebesar USD203,7 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Oktober 2020 sebesar 0,3% secara year-on-year.


Perkembangan ini dipengaruhi oleh kepercayaan investor yang terjaga sehingga mendorong aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN), serta penarikan sebagian komitmen pinjaman luar negeri untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19 dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).


ULN Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas. Sekitar 23,8% dari dana utang luar negeri digunakan untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, kemudian 16,6% digunakan untuk sektor konstruksi.


Sementara 16,6% digunakan untuk sektor jasa pendidikan, 11,8% digunakan untuk sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial waji dan 11,2% digunakan untuk sektor jasa keuangan dan asuransi.


2. ULN Swasta tumbuh melambat


ULN swasta tumbuh melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Pertumbuhan ULN swasta pada akhir bulan November 2020 tercatat 5,2% secara year-on-year, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,4% secara year-on-year.


Perkembangan ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (PBLK) dari 8,3% secara year-on-year pada Oktober 2020 menjadi sebesar 7,2% secara year-on-year.


Selain itu, ULN lembaga keuangan (LK) mencatat kontraksi 1,4% secara year-on-year. Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,0% dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.


(Baca juga: Jangan Sampai Uang Kamu Habis di Makan Rayap. Lakukan Ini Biar Aman)


3. Rasio utang luar negeri 39,1%. Stabil!


Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir November 2020 sebesar 39,1%, relatif stabil dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 38,8%.


Sementara itu, struktur ULN Indonesia yang tetap sehat tercermin dari besarnya pangsa ULN berjangka panjang yang mencapai 89,3% dari total ULN.


Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.


Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pemulihan ekonomi nasional, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.


Kamu bisa mencontoh bagaimana pemerintah mengelola utang negara ini. Alokasikan untuk sektor yang produktif dan juga darurat. Karena dengan begitu, kamu bisa ikut mendorong konsumsi tanah air.


Yuk mulai usaha dari sekarang, agar Indonesia bisa menjadi lebih baik dengan segera. Kamu bisa juga mendapatkan utang usaha dengan mudah lewat fasilitas pinjaman tanpa agunan dari KTA Standard Chartered Bank (SCB). Hitung dulu kebutuhan modal usahanya, buat rencana bisnis lalu ajukan pinjaman modal usaha di Finpedia