Dari Tukang Sapu Hingga Menjadi Pendiri WhatsApp
Jan Koum, pendiri aplikasi WhatsApp, memiliki kisah yang unik. Berbeda dengan banyak pendiri startup lainnya yang berasal dari latar belakang kekayaan, Koum memulai perjalanan hidupnya sebagai seorang tukang sapu.
Kehidupan Koum gak mudah. Ia lahir di Ukraina sebagai anak pertama dari seorang ibu rumah tangga dan ayah yang bekerja sebagai manajer konstruksi, membangun rumah sakit dan sekolah. Namun, ketika Koum berusia 16 tahun, mereka terpaksa menjadi imigran dan pergi ke Amerika Serikat karena situasi politik yang gak stabil di Ukraina.
Saat di Amerika Serikat, ibu Koum bekerja sebagai pengasuh anak di California, sementara Jan Koum bersekolah sambil bekerja sebagai tukang pembersih lantai di sebuah supermarket. Masa-masa tersebut bukanlah hal yang mudah baginya.
Pada rencana awal ayahnya juga akan ikut ke Amerika Serikat, untuk tinggal bersama ayah dan ibunya ketika kondisi mereka sudah stabil di sana. Namun, rencana tersebut gak terlaksana karena ayahnya jatuh sakit dan meninggal dunia lima tahun kemudian. Hingga akhir hayat ayahnya gak bisa bertemu dengan keluarganya di Amerika Serikat.
Ibunya Meninggal Akibat Kanker dan Hidup Sebatang Kara di Amerika Serikat
ia juga harus menyaksikan ibunya berjuang melawan kanker yang akhirnya merenggut nyawanya. Nasib sial gak berhenti bagi Jan Koum. Setelah kehilangan ayahnya,
Peristiwa tragis ini meninggalkan Jan Koum dalam keadaan sendirian di Amerika Serikat. Tanpa dukungan keluarga, ia harus menghadapi tantangan hidup yang berat.
Kehilangan orang tua yang dicintai tentu memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan pribadi seseorang. Jan Koum gak terkecuali. Kondisi emosional dan tekanan hidup yang berat mempengaruhi perjalanan pendidikannya. Di sekolah, ia seringkali terjerumus dalam perilaku nakal dan akhirnya lulus dengan nilai yang pas-pasan.
Tertarik Belajar Komputer Lewat Buku Bekas
Setelah menyelesaikan sekolah, minat Jan Koum pada bidang komputer dan jaringan semakin berkembang. Pada usia 18 tahun, dia mulai belajar secara otodidak dengan menggunakan buku-buku yang dia dapatkan dari toko buku bekas.
Jan Koum melakukan sesuatu yang unik untuk mendukung pembelajarannya. Setelah selesai membaca buku, dia mengembalikannya ke toko buku untuk mendapatkan pengembalian uang yang dia keluarkan untuk membeli buku tersebut.
Dengan cara ini, dia mampu memaksimalkan sumber daya yang terbatas dan tetap bersemangat dalam mengejar pengetahuan dan keahlian di bidang komputer.
Kuliah Sambil Bekerja
Saat kuliah Jan Koum berhasil mendapatkan pekerja part time, yang bertanggung jawab untuk audit keamanan komputer di sebuah perusahaan akuntansi global.
Ternyata dia berhasil diterima karena keahliannya dalam komputer dan jaringan. Bahkan sebelumnya ia aktif dalam grup online network dan komunitas hacker.
Bertemu Brian Acton
Brian Acton memainkan peran penting dalam perjalanan Jan Koum untuk mendirikan WhatsApp. Awal pertemuan mereka terjadi ketika Brian Acton adalah seorang karyawan di Yahoo.
Jan Koum, yang memiliki minat dalam bidang komputer dan jaringan, melamar pekerjaan di Yahoo. Ketertarikan Koum terhadap bidang tersebut membuat Brian Acton tertarik padanya, dan akhirnya Koum direkrut untuk bekerja paruh waktu di Yahoo.
Selama bekerja bersama, Jan Koum dan Brian Acton mengembangkan hubungan persahabatan yang kuat dan berbagi visi yang sama. Mereka memiliki keinginan untuk menciptakan sebuah aplikasi yang dapat menghubungkan orang-orang dengan mudah dan aman.
Seiring berjalannya waktu, Brian Acton menjadi salah satu penggagas utama dalam pendirian WhatsApp. Kedua teman ini menggabungkan keahlian dan keberanian mereka untuk menciptakan aplikasi pesan instan yang revolusioner.
Pada saat Jan Koum bekerja di Yahoo, dia mengambil keputusan berani untuk keluar dari kuliahnya demi bekerja secara penuh di Yahoo.
Sempat Melamar Kerja di Facebook Namun Ditolak
Setelah keluar dari Yahoo, Jan dan Brain sempat melamar di Facebook, namun mereka ditolak.
Beli iPhone dan Ciptakan Aplikasi Whatsapp
Pada awal 2009, Jan Koum memutuskan untuk membeli iPhone dan dengan cepat menyadari potensi besar yang dimiliki oleh App Store, yang dapat mengubah seluruh industri aplikasi.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Jan Koum. Ia langsung memulai kerja keras untuk menciptakan sebuah aplikasi yang akhirnya ia beri nama WhatsApp. Nama tersebut dipilih karena memiliki kesamaan pelafalan dengan frasa dalam bahasa Inggris "What's Up" yang artinya "Ada apa?".
Proyek ini merupakan tantangan yang ambisius bagi Jan Koum. Ia menghabiskan berbulan-bulan waktu untuk mengembangkan aplikasi ini, tetapi hasilnya belum memuaskan.
Aplikasi Whatsapp sering error di tahun awal Whatsapp didirikan. Kendala lain yaitu jumlah pengguna Whatsapp yang masih sedikit dan pada saat itu juga, ia sempat berpikir untuk menyerah dan mencari kerja lagi.
Hingga suatu hari pada Juni 2009, Apple meluncurkan fitur baru yaitu push notification. Sejak itu Jan Koum pun gak menyerah. Ia tetap gigih dan tekun dalam upayanya untuk mengembangkan WhatsApp menjadi aplikasi yang lebih baik.
Dari Notifikasi Status Berganti ke Pesan Instan
Ini merupakan game changer dan merupakan momen yang memanfaatkan fitur tersebut dengan baik, memungkinkan pengguna WhatsApp untuk memberikan notifikasi kepada semua kontak mereka. Setiap kali pengguna mengubah status mereka, perlahan-lahan persepsi tentang WhatsApp pun berubah di mata penggunanya.
Awalnya hanya dianggap sebagai aplikasi berbagi status, pengguna mulai menggunakan WhatsApp sebagai aplikasi pesan instan. Mereka dapat membagikan status mereka seperti "Apa kabar?" dan orang lain dapat memberikan tanggapan atau menjawab.
Melihat perubahan ini, Jan Koum baru menyadari bahwa secara tidak sengaja dia telah menciptakan sebuah aplikasi pesan instan yang inovatif. Dalam momen tersebut, Jan Koum menyadari potensi besar yang dimiliki oleh aplikasinya dan melihat peluang untuk mengembangkannya menjadi salah satu aplikasi pesan instan terkemuka di dunia.
Luncurkan Aplikasi Whatsapp
Setelah pembaruan dengan tambahan fitur pengiriman pesan instan, hal tersebut yang membuat pengguna aktif WhatsApp meningkat hingga 250.000 pengguna pada masa itu dan mulai diminati oleh para pengguna karena menggunakan nomor telepon sebagai alat loginnya.
Dari situ popularitas WhatsApp semakin meningkat di kalangan pengguna iPhone. ditambah lagi perangkat handphone mulai menggunakan sistem Android.
Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Koum lalu ia merekrut programmer untuk menulis program WhatsApp untuk Android.
Setelah melihat pertumbuhan pengguna WhatsApp yang naik secara signifikan. Pada 2014, dunia dihebohkan atas aksi akuisisi WhatsApp oleh Facebook senilai US$22 miliar. Ini menjadi salah satu aksi korporasi terbesar kala itu.
Kesimpulan dari semuanya adalah meski menghadapi banyak kesulitan, Jan Koum tidak menyerah. Ia memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk meraih kesuksesan. Keberanian dan kerja kerasnya membawanya pada perjalanan yang menakjubkan.
Produk yang direkomendasikan
Indodana PayLater
Rp 200,000 - Rp 50,000,000
CICILAN RINGAN: Cicilan dengan bunga ringan dan terjangkau yang bisa dibayar tiap bulan
AMAN: Menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Big Data, menjamin agar semua proses pengajuan aman dan nyaman
Easycash
Rp 200,000 - Rp 80,000,000
Pencairan Dana Cepat! Proses dalam 3 menit, dan proses pencairan cepat.
Proses Pengajuan Mudah! Hanya butuh KTP dan ikuti 3 langkah pinjaman.
MNC Dana Rumah
Rp 10,000,000 - Rp 300,000,000
Limit hingga 300 Juta!
MNC Dana Mobil
Rp 2,000,000 - Rp 20,000,000
Bunga Rendah!
Kredit Melimpah!
BPR Kredit Mandiri Indonesia
Rp 20,000,000 - Rp 2,000,000,000
✔ Tenor minimal Rp 20 juta