Awas Kekerasan Finansial dalam Rumah Tangga!
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami kekerasan finansial dalam rumah tanga. Pasalnya, kekerasan selama ini hanya identik dengan tindak main tangan atau makian, padahal larangan untuk bekerja juga sudah masuk dalam kategori kekerasan finansial dalam rumah tangga lo. Namanya kekerasan, dampak yang diterima oleh korban juga berbekas, hanya saja dalam konteks ini bekasnya terakumulasi di dalam psikologis korban
Ada penelitian yang menyebutkan, kekerasan finansial adalah gerbang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, menyebutkan kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan kekerasan dalam perkawinan. Umumnya terjadi pada perempuan yang berakibat pada penderitaan secara fisik. Seksual, psikologis atau penelantaran rumah tangga.
Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa perampasan kemerdekaan juga merupakan tindakan melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Namun sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami kekerasan finansial dalam rumah tangga.
Penelitian dari Unversity of Wisconsin-Madison menyebutkan, kekerasan finansial adalah bentuk pengendalian kemampuan wanita untuk mendapatkan, menggunakan dan memelihara sumber daya ekonomi.
Bentuk kekerasan finansial yang lazim terjadi seperti upaya untuk mengontrol keuangan anggota keluarga, melakukan hal yang membuat anggota keluarga berhenti dari pekerjaan atau membatasi akses keuangan terhadap anggota keluarga.
Nah berikut merupakan beberapa contoh konkret kekerasan finansial dalam rumah tangga.
(Baca juga: Pentingnya Tabungan Pendidikan Untuk Buah Hati)
1. Melarang untuk bekerja
Banyak orang yang melarang pasangannya untuk bekerja dengan dalih agar bisa mengurus rumah tangga dengan baik. Hal itu tidak dikomunikasikan dengan jelas kepada pasangan, apakah sebenarnya yang menyebabkan pasangannya tidak boleh bekerja.
Padahal, pasangan kamu masih ingin bekerja dan berkarya dengan maksimal. Nah untuk itu, perlu komunikasi yang baik diantara kedua belah pihak agar kekerasan finansial tidak terjadi. Jadi konteks yang seharusnya terjadi adalah diskusi.
Tanyakan dulu kepada pasangannya apakah dia masih ingin bekerja atau tidak. Jelaskan juga kondisi finansial kamu selama ini. Buat pasangan kamu mengerti apa yang kamu mau, sehingga bentuknya bukan lagi paksaan atau larangan, tetapi kesepahaman tentang visi pernikahan.
Namanya menikah, terdapat dua kepala dan dua keinginan pastinya. Diskusi perlu di kedepankan agar kalian berdua bisa sama-sama paham tentang tugas dan perannya masing-masing.
2. Memaksa untuk memberikan data keuangan
Hal ini kerap terjadi di beberapa pasangan menikah. Biasanya salah satu pihak akan memaksa untuk meminta pin kartu ATM, pin mobile banking, buku tabungan ataupun data keuangan apapun. Dalih yang digunakan biasanya adalah kepercayaan.
Disini, jika kamu merasa keberatan, kamu boleh tidak memberikan data-data tersebut. Karena sejatinya, pin ATM ataupun pin mobile banking adalah sesuatu hal yang sangat pribadi.
Hal itu perlu dipertahankan untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Pun jika kamu secara sukarela menginformasikannya, itu beda soal. Karena tidak ada paksaan untuk memberikan data tersebut.
Dengan mengetahui semua data keuanganmu, maka pelaku kekerasan akan dengan mudah menggunakannya tanpa perlu bertanya. Hal tersebut tentu saja akan membuat riwayat keuangan kamu menjadi tidak jelas.
Karena bisa jadi kamu tidak tahu bahwa ada tagihan yang akan dibebankan ke kamu ke depannya. Selain itu, menggunakan uang pribadi kamu tanpa izin juga sudah masuk dalam kategori kekerasan finansial dalam rumah tangga.
(Baca juga: WFH Terlalu Lama, Hindari Ini Supaya Tetap Sehat di Rumah)
3. Tidak mau bekerja atau berkontribusi terhadap rumah tangga
Aksi kekerasan finansial biasanya terjadi para perempuan. Nah ketika pasanganmu menolak untuk bekerja dan berkontribusi terhadap rumah tangga. Itu juga sudah masuk dalam kategori kekerasan finansial dalam rumah tangga.
Karena artinya, dia jadi menggantungkan sumber pemasukan dari pasangannya saja. Akan berbeda ketika pasangannya memiliki keterbatasan, seperti sakit atau sebab lainnya.
Selain itu, ada banyak bentuk kekerasan finansial dalam rumah tangga lainnya yang mungkin menimpa kamu. Seperti membuat standar ganda dalam pengeluaran rumah tangga, membuat keputusan keuangan yang besar tanpa diskusi terlebih dahulu, membatasi kamu untuk melakukan perencanaan keuangan dan bentuk lainnya yang menghambat kamu untuk bisa berkembang secara finansial.
Nah untuk mencegah ragam hal tersebut, kamu harus paham tentang apa itu kekerasan finansial. Komunikasikan semuanya dengan baik. Ingat, jalan diskusi adalah jalan terbaik untuk mendapatkan keputusan yang adil.
Kamu juga harus bisa menjaga ketahanan ekonomi pribadi. Caranya adalah dengan memulai usaha kecil-kecilan. Komunikasikan dengan pasanganmu bahwa hal itu dilakukan untuk menjaga ketahanan ekonomi keluarga.
Mulailah dari skala terkecil dulu. Jika memang butuh modal untuk pengembangan usaha, kamu bisa mengkomunikasikan kepada pasangan untuk mendapatkan modal tambahan. Caranya bisa dengan mengajukan pinjaman modal usaha ke Finplus. Bunganya rendah, hanya 0,4%. Dengan begitu, pasangan kamu pasti dnegan mudah mengamini niatan kamu. Ajukan di Finpedia untuk mendapatkan produk tersebut
Produk yang direkomendasikan
Easycash
Rp 200,000 - Rp 80,000,000
Pencairan Dana Cepat! Proses dalam 3 menit, dan proses pencairan cepat.
Proses Pengajuan Mudah! Hanya butuh KTP dan ikuti 3 langkah pinjaman.
BPR Kredit Mandiri Indonesia
Rp 20,000,000 - Rp 2,000,000,000
✔ Tenor minimal Rp 20 juta
BFI Pembiayaan jaminan Sertifikat Rumah
Rp 50,000,000 - Rp 2,000,000,000
✔ Pinjaman hingga Rp 2 Milyar
Indodana
Rp 1,000,000 - Rp 25,000,000
✔ Biaya Cicilan Lebih Rendah
✔ Data Aman, Terjamin & Terdaftar dan Diawasi OJK