Mau Investasi Saham? Simak Dulu Tipsnya Disini
Belakangan ramai di perbicangkan di media sosial tentang seorang investor pasar modal yang menjual sahamnya di platform jual beli online alias e-commerce. Disitu dikatakan bahwa dia menjual saham KAEF, INAF dan IRRA. Ketiganya merupakan saham perusahaan yang bergerak di bidang farmasi. Hal itu sontak membuat masyarakat terkekeh, pasalnya untuk bisa melakukan jual beli saham hanya bisa dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari situ terlihat jelas bahwa pengetahuan masyarakat tentang investasi saham masih kurang dari cukup.
Ya, saham saat ini menjadi primadona investasi bagi sebagian orang. Bahkan ada yang rela meminjam uang di lembaga keuangan untuk kemudian di investasikan ke dalam bentuk portofolio saham. Bursa Efek Indonesia sebagai salah satu Self Regulatory Officer (SRO) di pasar modal Indonesia angkat bicara.
Dikatakan bahwa lebih baik dihindari untuk menggunakan dana pinjaman atau dana untuk kebutuhan sehari-hari untuk dibelanjakan saham. Pasalnya terdapat potensi untung dan rugi yang harus dipelajari investor.
Memang sejak pandemi Covid-19, jumlah transaksi investor ritel di pasar modal tanah air mengalami peningkatan yang signifikan. Lihat saja, dari 681 ribu kali transaksi menjadi 984 ribu kali transaksi. Belum lagi banyak orang yang sengaja memamerkan portofolio keuntungannya lewat investasi saham.
Alhasil investasi saham menjadi gula-gula yang menarik bagi banyak orang. Betapa tidak, dalam hitungan menit, setiap orang berpeluang mendapatkan keuntungan, tetapi banyak juga yang lupa bahwa setiap menit keuntungan itu juga ada risiko yang menempel di belakangnya.
Jadi perlu pengetahuan yang cukup tentang bagaimana saham itu bergerak, faktor apa saja yang harus di perhatikan dan bagaimana pengelolaan uangnya. Jangan hanya mengejar untung semata tetapi melupakan risiko yang membayang.
Nah berikut merupakan tips aman untuk kamu yang ingin melakukan investasi saham. Pelajari baik-baik ya, agar kamu tidak mengejar keuntungan semata.
(Baca juga: Sebentar Lagi, Indonesia Bakal Punya Bank Syariah Skala Dunia)
1. Gunakan uang dingin
Uang dingin disini maksudnya adalah uang yang tidak kamu gunakan alias uang “nganggur”. Bukan uang kebutuhan hidup sehari, bukan juga uang untuk biaya sekolah anak atau uang untuk pembayaran cicilan rumah.
Uang dingin disini adalah uang yang memang tidak masuk dalam pengeluaran rutin setiap bulannya. Pun yang dipakai uang tabungan, adalah uang tabungan jangka panjang. Dalam artian, jika ternyata kamu harus menanggung kerugian, tidak mengganggu arus kas kamu dan keluarga.
Hitung semua risiko yang ada sebelum melakukan berinvestasi, dengan begitu kamu bisa menjadi investor yang cerdas. Jangan tergiur dengan portofolio keuntungan saham teman atau influencer yang sering memamerkan koleksi saham miliknya.
Karena perlu diingat bahwa, kamu tidak mengetahui bagaimana proses sebelum akhirnya untung. Bisa jadi teman tersebut sudah sempat mengalami pasang surut yang kamu tidak pernah tahu sebelumnya.
2. Saham untuk investasi jangka panjang
Kamu perlu mempelajari bagaimana harga saham bisa bergerak naik turun. Faktor apa saja yang menjadi pembentuknya. Perlu diketahui, bahwa harga saham bisa bergerak sangat erat kaitannya dengan sentimen yang ada.
Bisa dari kondisi ekonomi makro, domestik ataupun fundamental perusahaannya sendiri. Jadi jika kamu bukan seorang yang suka mengulik data dan informasi terkait kondisi ekonomi tanah air, lebih baik pelajari dulu baik-baik.
Karena pergerakan harga saham tidak selalu naik, ada kalanya harga saham juga mengalami penurunan seiring dengan sentimen yang ada.
Kamu bisa melihat secara historical, perusahaan mana saja yang membukukan keuntungan cukup tinggi setiap tahunnya. Datanya tersedia di IDX, kamu bisa melihatnya secara langsung, lalu pantau juga bagaimana pergerakan harga sahamnya.
Hitung apakah harga saham yang sekarang beredar adalah harga wajar perusahaan berdasarkan kinerjanya atau produktivitasnya, bukan berdasarkan sentimen semata. Dengan begitu kamu bisa lebih cermat saat akan berbelanja saham untuk jangka panjang.
(Baca juga: Mansurmology, Kebetulan atau kebisaan ?)
3. Jangan panik
Ada istilah yang dinamakan panic buying dalam pasar modal, yakni ketika pasar terlihat bergerak naik semua, dan harga saham incaran kamu terus merangkak naik, lalu kamu melakukan panic buying, alias membeli di harga saham yang sebenarnya secara valuasi sudah terlalu mahal.
Lalu tidak tunggu lama, harga saham yang baru saja kamu beli mengalami penurunan tajam. Alhasil risiko yang kamu alami semakin besar. Itu yang dinamakan panic buying, kamu “latah” membeli saham tertentu karena melihat angkanya yang terus naik.
Sehingga kamu lupa untuk melihat fundamental perusahaannya seperti apa. Apakah harga yang naik masih dalam kategori wajar atau sebaliknya.
Tetap tenang agar kamu bisa tetap menjaga portofolio investasi saham kamu hijau. Jangan silau dengan portofolio saham orang lain, karena beda orang beda juga pemahamannya tentang saham.
BIsa jadi teman kamu yang masuk membeli saham itu sudah memilki strategi untuk melepasnya di angka berapa, sementara kamu, karena ikut-ikutan akhirnya terus menahan saham tersebut sampai akhirnya mengalami penurunan.
Jadi pelajari dengan baik bagaimana saham bergerak, kinerja perusahaannya seperti apa, indikator makronya seperti apa dan juga rating perusahaan itu sendiri seperti apa. Jadilah investor yang cerdas, dengan begitu kamu bisa merasakan manfaat dari melakukan investasi saham.
Kamu bisa meniru langkah sukses orang yang hidup dari saham. Jangan terpengaruh dari influencer yang menjajakan saham tertentu, karena yang paling tahu kondisi keuangan kamu ya kamu sendiri.
4. Buat batasan
Bagi kamu yang sedang belajar saham, buat batasan baik itu saat harga saham naik ataupun turun. Di harga berapa kamu bisa masuk di saham perusahana tertentu dan kapan saat untuk melepasnya.
Pilihlah saham yang memang memiki valuasi harga yang jelas, sehingga kamu juga bisa benar-benar belajar bagaimana kinerja perusahaan berpengaruh terhadap harga saham yang ditawarkannya.
Jangan pernah berpikir instrumen investasi apapun selalu menguntungkan, karena yang namanya investasi selalu ada risiko yang melekat. Jadi jika kamu sudah siap berinvestasi, artinya kamu juga sudah siap menerima risikonya.
Hanya saja, kamu harus tahu bagaimana cara mengelola risiko dengan baik. Kamu bisa melakukannya dengan menempatkan dana kamu di beberapa saham yang berbeda, jangan taruh semuanya di satu saham. Karena begitu harganya mengalami koreksi, maka risikonya akan semakin besar.
Sementara jika kamu membenamkannya di dalam portofolio saham yang berbeda, maka tingkat risikonya juga menjadi terbagi. Jika kamu sudah punya usaha atau ingin mengembangkan usaha mandiri, baik itu membuka toko online, membuka coffee shop, tetap lakukan.
Hal itu juga merupakan bentuk manajemen risiko dari investasi. Hanya saja, hitung dengan benar berapa kebutuhannya dan bagaimana potensinya. Jangan hanya mengedepankan nafsu semata. Jika membutuhkan pinjaman modal usaha, kamu bisa mengajukan KTA Online dari Tunaiku. Prosesnya mudah dan juga cepat. Ajukan sekarang di Finpedia